"Tangan Dingin" di Balik Kesuksesan Coboy Junior




Patrick Effendy (tengah) bersama personel Coboy Junior. (Twitter ProudCoboy JR )




Patrick Effendy (tengah) bersama personel Coboy Junior. (Twitter ProudCoboy JR )



VIVAlife - Suasana di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu, 23 Februari 2014 malam bergemuruh. Ribuan penonton histeris. Yang lain lagi menitikkan air mata.


Di atas panggung, seorang remaja berambut keriting melantunkan Pelan-pelan Saja yang dipopulerkan grup band Kotak. Itu lagu terakhir yang dinyanyikannya.


Setelah itu, ia pamit. “Saya yang mengundurkan diri dari Coboy Junior,” ucapnya. “Gue butuh istirahat, gue sayang kalian,” ia menambahkan, lalu berpisah dengan tiga kawan lainnya.


Momen mengharukan itu mewarnai konser perpisahan boyband cilik Coboy Junior. Bastian, bocah berambut keriting itu, hendak hengkang. Ia meninggalkan Kiki, Aldi, dan Iqbal.


Hampir tiga tahun terakhir, keempatnya berkarier bersama. Diawali lagu Kamu yang langsung melejit, nama mereka digaungkan di mana-mana. Coboy Junior bahkan pernah konser di atas pesawat dan tur keliling 30 kota.


Sayang, Bastian memutuskan mengundurkan diri. Jebolan Idola Cilik itu mantap meneruskan pendidikan sembari terus bermusik, tanpa harus melalui Coboy Junior.


Sedih tak hanya ada di hati para Comate, sebutan untuk penggemar band itu. Kehilangan juga dirasakan Patrick Effendy, penggagas berdirinya Coboy Junior.


Bisa dibilang, selama ini, Patrick yang mengawal band itu hingga melambung. Pertemuan pertama Patrick dan Bastian, terjadi sekitar Juli 2011 dalam drama musikal Laskar Pelangi.


Satu hari, langsung cocok


Saat itu, Patrick ingin membentuk sebuah boyband. Agar berbeda, ia menerapkan konsep boyband dengan personel anak-anak. Ia lantas membuka audisi tertutup.


“Sekitar tujuh orang kami audisi. Akhirnya ketemu empat itu,” cerita Patrick pada VIVAlife, saat dihubungi pada Selasa, 25 Februari 2014.


Hanya butuh waktu sehari bagi Patrick untuk memutuskan Kiki dan Bastian menjadi personel boyband bentukannya. Dengan Iqbal, ia sudah pernah bekerja sama dalam sebuah pembuatan video klip. Sedangkan Aldi, merupakan rekomendasi dari Bastian.


“Karena berempat sudah kenal, saya putuskan mereka jadi Coboy Junior,” lanjut pria kelahiran Jerman itu.


Patrick langsung membuatkan lagu untuk mereka: Kamu. Lagu itu langsung populer, meski penampilan pertama Coboy Junior terbilang dadakan dan tanpa sengaja.


Nggak ada persiapan koreo dan wardrobe,” ucap Patrick. Tapi, ternyata, sambutan langsung positif.


Sejak itu, ia bekerja keras mempromosikan boyband barunya. Beruntung, Patrick punya banyak koneksi. Coboy Junior pun sempat “ditumpangkan” ke beberapa artis ternama, seperti Fitri Tropica, Barry Likumahuwa, dan lain-lain.


Hanya dalam beberapa bulan, Coboy Junior sudah punya banyak penggemar. Hitungan setahun, mereka sudah “menguntungkan” dari segi bisnis.


Sosok bertangan dingin


Tentu, semua tak lepas dari “tangan dingin” Patrick. Sebelum menangani Coboy Junior, ia pernah membuat sukses sekelompok remaja asal Bandung, dengan nama band Super Kids yang kini menjadi SundayKrunch.


Grup itu pernah tampil di beberapa negara, di antaranya Jepang dan Singapura. “Mereka itu yang pernah di video klipnya Indra Bekti dan Dewiq,” terang Patrick.


Super Kids juga pernah mengisi soundtrack film Garuda di Dadaku. Selain itu, ia pernah memproduseri AiKO dan The Bang.


Sejatinya, Patrick seorang sutradara. Profesi itu dilakoninya sejak 2004. Kebanyakan, ia menggarap video klip. Beberapa musisi yang pernah bekerja sama dengannya: Ello, Dewiq, dan Ipang, Indra Bekti, Saint Locco, serta Sheila on Seven.


Salah satu video klip yang masih lekat dalam ingatan, adalah Buka Semangat Baru yang dinyanyikan Ello, Ipang, dan Berry Saint Locco.


Patrick juga menciptakan lagu. Selain Kamu dan Eeeaa, ia juga menciptakan lagu Bidadariku untuk Marcel. Soal mencari artis untuk diproduseri, bagi Patrick adalah hobi atau pekerjaan sampingan.


Diakui Patrick, ia sedikit kewalahan bekerja “serabutan” antara sutradara dan produser musik. “Saya juga kan ada production house company,” katanya.


Maka, akhirnya ia memercayakan ke manajemen artis. Itu pula yang ia lakukan pada Coboy Junior. Tapi, masing-masing boyband diberinya karakter yang berbeda.


Boyband lain kan serba sama, seragam. Saya mau karakternya beda-beda, nggak jauh dari karakter asli mereka, sehingga orang lihat karakter sudah kenal, meskipun nggak tahu nama,” ucapnya.


Strateginya berhasil. Orang hanya perlu mengingat “tengil” untuk Bastian, dewasa untuk Kiki, fashionable untuk Aldi, dan cool untuk Iqbal. Setelah Coboy Junior ditinggal Bastian, tugas Patrick lagi untuk kini memberi citra berbeda bagi band yang kemudian bernama CJR itu.


"Berpisah bukan berarti bubar. Berpisah itu adalah perayaan kebersamaan terakhir sebelum memulai sesuatu yang baru," tulis Patrick dalam akun Twitter pribadinya. (art)