Pernah Ditegur FPI, Hanung Bramantyo Butuh Badan Perfilman Indonesia




Hanung Bramantyo dan Ukus Kuswara (VIVAnews/Beno Junianto)




Hanung Bramantyo dan Ukus Kuswara (VIVAnews/Beno Junianto)



VIVAlife - Sutradara Hanung Bramantyo mengaku pernah dikritik oleh FPI (Front Pembela Islam) dan sebuah ormas Minang saat merilis film berjudul "Cinta Tapi Beda" beberapa bulan yang lalu. Tak hanya dikritik, Hanung saat itu didesak untuk segera membatalkan peluncuran film itu di bioskop.

Ia pun terpaksa menghentikan penayangan film tersebut. "Film saya, Cinta tapi Beda, bercerita tentang pernikahan dua anak manusia yang beda agama. Film itu kemudian diprotes masyarakat, lalu sebuah ormas secara semena-mena menekan saya agar menghentikan pemayangan film itu di bioskop," ujar Hanung kepada VIVAlife di Gedung Film Jakarta, Minggu 4 Agustus 2013.


Padahal sebelumnya kata Hanung dirinya telah mengantongi izin dari Lembaga Sensor Film untuk merilis film tersebut. Dan filmnya kata Hanung sudah siap dirilis di sejumlah bioskop di Jabodetabek.


Untuk itu, ia mengaku sangat membutuhkan sebuah lembaga yang benar-benar melindungi karya (film) yang digarap sutradara dan produser tanah air. Hanung mengaku khawatir, sutradara tidak akan bebas memunculkan ide kreatifnya jika mendapat tekanan dari sejumlah pihak.


"Saya berjuang sendiri untuk mengamankan film itu dari banyaknya tekanan dari ormas. Harus segera dibentuk Badan Perfilman Indonesia," tegas Hanung.


Sementara itu, di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ukus Kuswara, mengungkapkan lembaga BPI sudah harus dibentuk paling lambat akhir tahun ini. Sisa waktu sekitar 4 bulan terakhir akan dimanfaatkan pemerintah untuk merealisasikan peraturan pemerintah mengenai pembentukan Badan Perfilman Indonesia itu.


"Semua persiapan sudah matang. Pemerintah hanya memfasilitasi. Selanjutnya pemerintah memberikan kewenangan pembentukan BPI kepada insan film," ujar Ukus.


Ukus juga menambahkan, BPI nanti berperan besar tidak saja melindungi anggotanya, tetapi juga memikirkan usaha memajukan industri film nasional, termasuk menggelar festival film di dalam dan luar negeri. (ren)