Dawn of the Planet of The Apes: Belajar Kehidupan dari Dunia Kera




Salah satu adegan film Dawn of the Planet of the Apes. (REUTERS/Weta/20th Century Fox/Handout via Reuters )




Salah satu adegan film Dawn of the Planet of the Apes. (REUTERS/Weta/20th Century Fox/Handout via Reuters )



VIVAlife - Pada suatu masa, dunia tak lagi ditinggali manusia. Generasi kita punah oleh virus yang disebut Flu Simian. Yang tinggal hanya populasi kera. Mereka mendiami sebuah daerah terpencil di hutan.


Hidup mereka tenteram. Pemimpin para kera, Caesar, memegang teguh sebuah prinsip hidup: ape not kill ape. Kera tidak membunuh sesama kera. Bertahun-tahun, seluruh populasi kera tunduk padanya.


Sampai suatu ketika, mereka bertemu dengan manusia di hutan. Rupanya manusia yang kebal terhadap Flu Simian, masih berhasil bertahan hidup. Mereka tinggak di karantina, tak jauh dari hutan kera.


Malcolm, salah satu manusia yang ikut ke hutan terkejut menyadari ada puluhan ribu kera menjaga tempat itu. Niatnya sederhana, memperbaiki bendungan agar dapat menjadi listrik bagi daerahnya.


Namun, kekuatan Caesar dan kelompoknya tak dapat ditembus begitu saja. Mereka begitu membenci manusia. Dahulu, mereka pernah begitu tersiksa terus dikandang dan dijadikan kelinci percobaan.


"Ini ulah manusia, ini juga ulang manusia," ujar Koba, tangan kanan Caesar sambil memperlihatkan luka-luka bekas sayatan di tubuhnya. Dendamnya kesumat, namun Caesar masih menengahi dengan bijak.


Ia membuat keputusan: kera tidak akan menyerang manusia kecuali manusia menyerang lebih dulu. Caesar menegaskan, hutan adalah wilayah mereka. Dan manusia, hanya boleh tinggal di karantina.


Tak kurang akal, Malcolm mencoba bernegosiasi dengan Caesar. Ia minta diizinkan memperbaiki bendungan selama beberapa hari saja. Setelah itu kelar, ia janji takkan pernah kembali ke hutan.


Caesar setuju. Di dalam hatinya, ia mencoba membangun kepercayaan pada manusia. Namun, ada pihak lain yang mencoba merusak itu. Manusia dan kera diadu-domba, sampai saling serang dengan brutal.


Keduanya hanya mencoba saling bertahan di muka bumi. Mana yang akhirnya menang?


Kepercayaan


Dawn of the Planet of the Apes merupakan sekuel film sebelumnya, Rise of the Planet of the Apes. Karya itu tak seperti film tentang hewan biasa yang menampilkan cerita hanya dari sudut manusia.


Sutradara Matt Reeves berhasil menampilkan sisi humanis dari dunia hewan, sekaligus hasrat hewani dari kehidupan manusia. Penonton dibuat memahami, kera juga punya kehidupan layaknya manusia.


Reeves menampilkan alur cerita yang mengombang-ambingkan perasaan penonton. Kita dibuat bimbang, ingin membela manusia atau hewan. Sebab, kemanusiaan jelas dipertontonkan dari kedua sisi.


Lewat sosok Caesar, drama kehidupan itu dibuat. Ia juga punya istri, anak, dan bayi yang baru lahir. Betapa ia berusaha sekuat tenaga bersikap bijak, demi melindungi keluarga besar kera.


Memang tak mudah bagi manusia untuk hidup berdampingan dengan hewan. Ada hasrat masing-masing untuk dominan. Namun, satu pelajaran yang harus diambil dalam film itu: kepercayaan.


Jika kedua pihak saling meredam ego dan berusaha percaya, akan terjalin hubungan harmonis. Begitu pula, kerja sama yang kuat. Pada akhirnya, Caesar pun menyadari, manusia dan hewan sesungguhnya hanya ingin bertahan, melindungi apa yang mereka miliki dan cintai.


"Selama ini, aku pikir manusia itu jahat. Aku lebih percaya pada kera. Tapi sekarang aku menyadari, betapa miripnya manusia dengan kera," ungkap Caesar, yang sepertinya menjadi kunci film itu.


Dengan lumernya kepongahan manusia dan hewan, keduanya akan bisa berkawan. (asp)