12 Years a Slave sebagai Film Terbaik Oscar 2014. (REUTERS/Lucy Nicholson)
VIVAlife - Hari ini, Academy Awards menorehkan sejarah. Ajang penghargaan paling bergengsi di bidang film itu memenangkan 12 Years a Slave sebagai Film Terbaik tahun ini.
Yang menarik, ini pertama kalinya selama 86 tahun terakhir, Piala Oscar jatuh ke tangan sutradara berkulit hitam. Sutradara berkebangsaan Inggris, Steve McQueen lah yang mendapat kehormatan itu.
Ia merupakan sutradara kulit hitam pertama yang filmnya menang dalam ajang penghargaan paling bergengsi. Di balik McQueen, Brad Pitt berlaku sebagai produser film itu.
12 Years a Slave merebut perhatian, mengalahkan Gravity, American Hustle, Captain Phillips, Dallas Buyers Club, Her, The Wolf of Wall Street, Philomena, dan Nebraska. Film yang sama juga baru saja menjadi Film Drama Terbaik dalam ajang Golden Globe Awards.
Selain sebagai Film Terbaik, 12 Years a Slave juga mengantongi penghargaan Aktris Pendukung Terbaik yang jatuh ke tangan Lupita Nyong’o. Lupita kebetulan juga aktris pendatang baru berkulit hitam.
Kisah film itu juga terpilih sebagai Skenario Terbaik. Dalam Academy Awards ke-86, 12 Years a Slave memang menduduki 9 nominasi, termasuk Aktor Terbaik yang harus kalah oleh Dallas Buyers Club.
Film 12 Years a Slave mengisahkan sisi gelap perbudakan di Amerika. Perjuangan meraih kebebasan begitu kental ditampilkan. Semua dipotret lewat kisah Solomon Northup yang diperankan Chiwetel Ejiofor.
Ia diculik dan dijadikan budak. Belasan tahun disiksa majikan, Solomon akhirnya bertemu Bass, pejuang anti-perbudakan yang diperankan Brad Pitt. Sejak itu, hidupnya mulai berubah.
Menariknya, film itu terinspirasi dari kisah nyata masa perbudakan di Amerika. 12 Years a Slave bahkan mengingatkan Sang Sutradara betapa perih hidupnya dulu saat diskriminasi warna kulit masih berlaku.
Lupita, yang juga mengalami kisah serupa, sampai menitikkan air mata dalam pidatonya sebagai Aktris Terbaik. “Ada satu momen, di mana banyaknya sukacita dalam hidup saya adalah karena begitu banyak rasa sakit di hidup orang lain,” ungkapnya.
Film itu diangkat dari kisah Solomon Northup sesungguhnya, sebagai orang bebas yang dijual sebagai budak di Louisiana. (ms)
Sumber: Reuters dan Oscar