Keinginan Terpendam Waldjinah di Usia Senja




Waldjinah. (VIVA/Fajar Sodiq Solo)




Waldjinah. (VIVA/Fajar Sodiq Solo)



VIVAlife - Penyanyi legendaris keroncong, Waldjinah, sudah berusia uzur. Namun, wanita kelahiran Solo, 7 November 1945 ini tak henti-hentinya dan selalu setia untuk terus melestarikan serta menghidupkan keroncong.


Bahkan, bagi Ratu Walang Kekek, melestarikan keroncong merupakan satu-satunya keinginan saat hari tua.


“Intinya musik keroncong itu harus tetap ada. Karena musik keroncong ini hanya satu-satunya di Indonesia. Kalau tidak dilestarikan, Indonesia akan rugi besar. Bahkan sampai diklaim milik negara lain,“ ujar pelantun lagu Tanjung Perak ini saat ditemui VIVAlife di kediamannya di Solo.


Meski berusia senja dan berada pada masa penyembuhan usai tergolek sakit selama sebulan, Waldjinah tetap berusaha meluangkan waktu untuk berlatih keroncong. Jika ia menginginkan latihan keroncong, ia akan memanggil kelompoknya Bintang Surakarta.


“Kalau badannya pas kepenak dan ingin latihan keroncong, nanti manggil anak-anak saja. Pokoke nari awake (memperhatikan kondisi badan). Kalau pas ada tawaran manggung atau ada undangan (baik itu di pernikahan ataupun acara khusus), pasti saya bersedia. Tetapi kembali nawari awake,“ ungkapnya


Waldjinah masih akan tetap bersedia saat diundang menyanyi ke luar negeri jika kondisi kesehatannya memungkinkan. Kemauannya memenuhi undangan itu bukan lantaran honor yang besar, tetapi lebih kepada upaya untuk memopulerkan musik keroncong ke luar negeri.


“Pokoknya kalau nyanyi di sana harus keroncong Indonesia. Karena keroncong milik Indonesia ini memiliki keunikan. Saya saja kalau misalnya diiiringi orkestra dari luar negeri, rasane beda. Pokoke kalau sudah begitu, ya toni alias waton muni (yang penting bersuara)," jelas dia sambil terkekeh.


Obsesi yang sederhana, namun memiliki makna besar untuk perkembangan musik keroncong. Bahkan, keinginan sederhana ini mengalahkan obsesi yang diinginkan oleh mayoritas penyanyi profesional. Masalahnya, Waldjinah sudah merasa tua untuk melakoni konser tunggal.


“Kalau konser tunggal sebenernya ingin, tetapi kondisi badan sudah tidak memungkinkan. Saat ini saja, paling cuma kuat menyanyikan maksimal lima lagu," tuturnya.


"Belum lagi dengan kondisi kesehatan perut, yang memperbolehkan untuk mengenakan pakaian kebaya dan jarik. Saya juga tidak kuat berdiri lama. Kalau mau jalan jauh pun saya harus pakai kursi roda," ungkap Waldjinah. (art)