Aroma of Heaven: Rasa Surga dalam Secangkir Kopi




Poster film (Facebook/Biji Kopi Indonesia AROMA of HEAVEN)




Poster film (Facebook/Biji Kopi Indonesia AROMA of HEAVEN)



“Ini negeri surga, dan kopi adalah salah satu kekayaannya,”

VIVAlife - Nyaring ketel mengawali pagi. Tandanya air telah matang. Buih-buih mendidih merayapi sisi teko yang terbuat dari tembaga. Kompor pun dimatikan, dan air dituang ke gelas berisi bubuk hitam.


Bubuk itu membuat air juga berwarna kelam. Beberapa detik, dentingan sendok beradu dengan gelas. Minuman itu jadi sudah. Uap panasnya mengepul tipis. Itu yang disajikan kepada para pejuang hari.


Kopi, minuman populer di Indonesia. Lebih dari separuh dari total masyarakat tak bisa melepas pagi tanpa secangkir kopi. Siapa sangka, minuman itu juga menjadi saksi fase demi fase sejarah negeri ini.


Semua terangkum dalam film buatan Produksi Film Negara (PFN), Aroma of Heaven. Film itu mengisahkan perjalanan kopi sejak tahun 1700-an di Indonesia. Kala itu, Jawa menjadi pusatnya.


Bahkan sebelum Spanyol dan Amerika menjadi produsen kopi raksasa, Jawa sudah dikenal dunia. Para pencinta kopi di Eropa lebih suka memakai istilah “secangkir Jawa” dibanding “secangkir kopi”.


Nikmatnya kopi asli Indonesia memang disanjung masyarakat dunia. Dengan bangga, kafe-kafe di Eropa menuliskan kopi Sumatera atau Jawa sebagai menu spesial hariannya. Lidah mereka terjajah kopi kita.


Peredaran kopi di Indonesia bermula saat VOC membagikan biji-biji kopi di Cirebon dan Batavia, sekitar tahun 1707. Tak disangka, alam Bumi Pertiwi menerima biji itu selayak anak kandungnya sendiri.


Kopi yang ditanam di Indonesia rasanya lebih nikmat. Ada sensasi yang meninggalkan kesan mendalam di lidah. Hingga kini, hanya kopi Sumatera yang bisa diolah sempurna untuk espresso terbaik.


“Kopi Brasil diproduksi dengan mesin, bukan tangan,” kata seorang penikmat kopi dalam film Aroma of Heaven.


Di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara, kopi Indonesia meraja. Biji-biji kopi diekspor sampai ke seluruh penjuru dunia. Sayang, Aroma of Heaven juga memaparkan ironi yang terjadi di balik itu.


Kopi yang seharusnya menjadi pemersatu budaya, simbol kedekatan, persamaan, dan tradisi, justru dijadikan pisau tajam yang membelah jurang antara kaum bangsawan dan proletar.


Di Indonesia, kopi menuturkan sejarah kolonialisme dan konstruksi budaya yang tak tersampaikan dalam buku-buku teks. Produsen kopi di negeri sendiri dibiarkan melarat, mengonsumsi biji berkualitas rendah.


Sedang yang mahal dan berkualitas tinggi, diekspor ke negeri asing.


“Jangan heran jika lidah masyarakat ada yang terbiasa dengan campuran kopi dan jagung. Masyarakat sekarang juga lebih suka rasa kopi yang diciptakan perusahaan besar,” kata seorang pemerhati kopi.


Sebab, rasa adalah subjektif. Tergantung kemampuan dan selera lidah masing-masing untuk merasa.


Aroma of Heaven bukan hanya mengajak penonton menjelajah daerah-daerah di Indonesia yang dikenal sebagai penghasil kopi. Tetapi juga menampilkan ironi serta fakta dan filsafat tersembunyi di balik kopi.


Sayang, hanya tiga daerah yang dieksplorasi. Masing-masing ironi dan fakta juga tidak disajikan secara jelas. Aroma of Heaven membuat permasalahan yang ada di balik secangkir kopi, menjadi bias.


Namun, pengambilan gambar dan kekayaan data yang ditampilkan film itu patut diacungi jempol. Aroma of Heaven mampu memperjelas riwayat kopi sebagai bagian dari sejarah Indonesia.


Tokoh-tokoh yang ditampilkan, mampu menyuarakan kompleksitas masalah petani kopi di Indonesia. Ketimpangan ekonomi yang disimbolkan lewat kopi terekam. Gambar-gambar yang diambil, dramatis. Begitu banyak detail dan fokus tentang pengolahan kopi.


Di luar itu, Aroma of Heaven juga bisa menjadi angin surga sungguhan bagi PFN. Lembaga milik negara itu pernah kondang dengan kisah Unyil dan dokumentasi G30S/PKI. Namun sejak itu, seakan hilang.


“Kami berharap, film ini bisa menjadi kebangkitan PFN kembali. Setelah ini akan ada film-film dokumenter lain tentang kopi,” kata Shelvy Arifin, Direktur Utama PFN saat merilis Aroma of Heaven di Grand Indonesia.


Aroma of Heaven sendiri rencananya akan diputar mulai besok, 3 Juni 2014 di bioskop tertentu, seperti Blitzmegaplex. PFN juga akan menggelar acara nonton bareng film itu dengan beberapa pihak. (ms)