FOTO: Daniel Sahuleka, Cinta Tak Terhingga pada Indonesia




Daniel Sahuleka dalam konser Colorful Night di Gedung Kesenian Jakarta. (VIVAnews/Muhamad Solihin)




Daniel Sahuleka dalam konser Colorful Night di Gedung Kesenian Jakarta. (VIVAnews/Muhamad Solihin)



VIVAlife - Daniel Sahuleka memejamkan mata, merangkai nada dalam kepala. Lalu denting gitarnya membelah kesunyian. Gedung Kesenian Jakarta pun terbius senandung merdunya.


Daniel tampil santai malam itu, Rabu, 19 Februari 2014. Panggungnya minimalis. Hanya ada satu laptop, satu gitar, satu pedal bass, dan dua botol air mineral ukuran sedang.


Sumber penerangan hanya dari dua lampur sorot kuning di atas panggung. Sama sekali tak ada efek musik menggebrak. Tak ada efek lampu dan interior megah.


Tapi itu tak membuat kursi penonton kosong. Mereka yang datang, bukan ingin menikmati segala efek yang membuat gegap gempita. Mereka datang untuk meresapi suara Daniel Sahuleka.


Penyanyi berambut keriting itu sendiri dibalut denim dan kaus ketat warna hitam. Tanpa alas kaki. “Aku harus injak bass. Kalau pakai sepatu rasanya tidak nyaman,” ia menuturkan.


Ia benar-benar seperti di rumahnya sendiri. Leluasa bercanda di atas panggung, berinteraksi dengan penonton. Daniel mengaku, ia memang mencintai panggung sederhana.


Di sana, ia seperti diberi tempat untuk mengeksplorasi musiknya. Daniel tidak suka pentas di kafe, di mana orang datang dan pergi. Baginya, kafe adalah tempat minum-minum.


Bermusik di tengah penonton mabuk? Bukan gayanya. Ia juga tidak nyaman tampil di panggung megah dan terbuka.


“Aku lebih suka main di depan 200 sampai 300 orang. Daripada di hadapan tujuh ribu orang. Aku tidak percaya kamu bermain musik di sana,” ucapnya usai konser.


Yang disebutnya bermusik, adalah seperti yang dilakukannya malam itu. Ia memetik gitar sepenuh jiwa. Melantunkan nada dengan segenap cinta. Garakan tangan dan kakinya seirama.


Daniel membuka konsernya dengan My Funny Valentine. Selanjutnya, lagu-lagu romantis mengalun jernih. See You Back Again, If I Didn’t, I Adore You, sampai You Make My World So Colorful dan Don’t Sleep Away This Night.


Di setiap jeda lagu, Daniel tak melupakan penonton. Ia banyak bercerita. Saat menyesap air mineral dari sedotan misalnya, ia mengenang masa kecilnya.


“Aku dulu nakal. Waktu kecil suka main tiup-tiup sedotan. Kalau ada orang lewat, ditiup,” ungkapnya.


Di lain jeda, ia menghampiri penonton di kursinya. Menanyakan nama, dan mengajak bersalaman. Saat kembali ke atas panggung, ia sudah menyanyikan lagu dengan menyisipkan nama penonton itu.


Pria kelahiran Semarang, 6 Desember 1950 itu juga mengenang kali pertamanya ke Indonesia. Selama ini, Daniel besar di Winterswijk, Belanda. Indonesia baginya hanya negeri dongeng yang didapat dari cerita ayah dan ibundanya.


Ia baru pulang kampung tahun 1981. “Waktu mendarat, rasanya: ‘Oh ini Indonesia’. Sangat panas. Dan baunya lain. Baunya sangat manis, bikin aku ingin datang lagi,” katanya sambil tersenyum.


Cinta Indonesia


Daniel memang sangat mencintai Indonesia, meski ia tak besar di sini. Buktinya, ia masih mengikuti perkembangan negerinya. Nama Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta misalnya, sampai juga ke telinganya.


“Kamu ada cerita bagus buat aku? Aku dengar Jokowi bagus sekali ya?” ia menyebutkan.


Pada VIVAlife Daniel menuturkan, ia memang dekat dengan beberapa pejabat Indonesia. Setiap pulang kampung, ia selalu diundang menyanyi di acara-acara mereka.


Ia mengaku akrab dengan Djoko Suyanto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia. Daniel juga berkawan dengan Dino Patti Djalal, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Dengan mereka, ia sering saling tukar kabar.


Daniel mencintai Indonesia, itu jelas. Meski ia hidup di Belanda, bermusik untuk dunia, jiwanya adalah Indonesia. “Aku orang Indonesia. Aku sangat mencintai Indonesia. Cintaku tak bisa dihitung lagi,” ucapnya.


Ramah pada Penggemar


Konser Daniel Sahuleka malam tadi, terasa sangat singkat. Setelah mengakhiri dengan menyanyikan Don’t Sleep Away This Night bersama penonton yang berdiri, ia masih diminta mengimbuh satu lagu.


Permintaan penggemar itu diturutinya. “Tapi habis ini kalian pulang ya,” selorohnya.


Namun, hari Daniel belum berakhir. Setelah akhirnya konser ditutup, para penggemar masih menunggunya untuk tanda tangan dan foto bersama.


Masih dengan kostum pentas--kali ini sudah memakai alas kaki--Daniel melayani mereka. Para penggemar membentuk dua baris antrean.


Satu per satu mengajak Daniel mengobrol, saling cium pipi, membubuhkan tanda tangan di koleksi album yang mereka punya, lalu berfoto bersama.


Antrean baru menyusut ketika jarum jam menunjukkan pukul 11 malam. Satu jam Daniel melayani mereka. Gurat kelelahan tak tampak di wajahnya. Ia justru bersemangat.


Sebab, dilihatnya para penggemar bukan hanya usia paruh baya. Anak-anak muda pun ikut mengantre. “Aku juga kaget, anak-anak kok hafal laguku. Tapi aku senang sekali, karena mereka masa depan,” ungkapnya.


Di Belanda dan negara-negara lain yang pernah dikunjungi Daniel, penggemarnya pun seperti di Indonesia. Usia 20 tahun ke atas, sebutnya. Padahal, ia sudah 64 tahun. Tapi musiknya masih dikenal.


Meski begitu, ia tetap merasa atmosfer yang berbeda setiap pulang ke Indonesia. Ada intimitas yang lebih. Karena itulah ia berencana lebih sering pulang ke Indonesia.


“Aku mau dua kali setahun. Jangan terlalu sering juga, nanti bosan,” katanya. Kepulangannya kali ini, akan berakhir segera. Minggu depan, ia sudah kembali ke Belanda.


Namun Daniel benar-benar telah menganggap, negeri ini adalah rumahnya. Galeri foto konser Daniel Sahuleka di sini .