Memetik Gairah Hidup dari "The Secret Life of Walter Mitty"




Ben Stiller dalam film The Secret Life of Walter Mitty. (www.waltermitty.com)




Ben Stiller dalam film The Secret Life of Walter Mitty. (www.waltermitty.com)



VIVAlife - Tampang pas-pasan. Hidupnya membosankan. Tak ada yang istimewa dalam rutinitas Walter Mitty (Ben Stiller), seorang penjaga negatif film di majalah Life.


Setiap pagi Mitty berangkat kerja, berkutat dengan hitam-putih potret kehidupan, dan sore kembali ke flat sempitnya. Hal-hal mendebarkan hanya ada dalam imajinasinya. Tak heran ia gemar melamun.


Bahkan mengirimkan “kedipan” untuk wanita favoritnya di situs kencan eHarmony saja, ia gelisah bukan main. Sebab, profil akunnya sendiri sama sekali tak menarik. Tak ada pengalaman menggairahkan, tak ada destinasi liburan mengesankan.


Keadaan mendadak berbeda saat Life bangkrut. Era media cetak telah berakhir. Majalah itu harus bertransformasi menjadi media online.


Bos-bos baru diterjunkan. Pemangkasan karyawan mulai berlaku. Penjaga negatif film seperti Mitty, jelas tak diperlukan lagi. Sekarang zaman beralih ke serba digital.


Namun untuk terakhir kalinya, peran Mitty begitu dinanti. Sean O’Connell (Sean Penn), fotografer lepas majalah Life memberinya amanat yang luar biasa. Dari gulungan filmnya, ia berpesan klise nomor 25 harus menjadi sampul terakhir majalah Life.


Masalahnya, Mitty tak dapat menemukan klise itu. Ia tak ada di antara gulungan film yang dikirim Sean. Berbekal foto-foto terakhir dalam gulungan itu, Mitty merunut jejak Sean.


Ia yang tadinya tak pernah ke mana-mana, tiba-tiba sudah berada di sebuah bar di Greenland. Diantar helikopter bobrok dengan pilot mabuk ke sebuah kapal yang pernah dihuni Sean.


Ia harus bertarung dengan hiu, bahkan mengendara papan luncur untuk kabur dari erupsi gunung berapi. Mitty lalu melanglang buana melintasi Afghanistan, sampai ke puncak Himalaya.


Di salah satu gunung tertinggi dunia itulah, ia akhirnya bertemu Sean. Tak dinyana, negatif film yang selama ini dicari ada kini begitu dekat dengannya. Dan Mitty telah menyia-nyiakannya.


Perjalanan itu memang melelahkan, dan membuat penonton geregetan. Tapi, ada gairah yang perlahan ditimbulkan dari satu pengalaman ke pengalaman lain.


Berbagai aral yang dilalui Mitty, begitu menghibur sekaligus bermakna. Penuh humor dan layak mengisi akhir pekan, dan juga sarat kutipan berharga. Meski kisahnya klasik, film ini dipenuhi kejutan di setiap menitnya. Putaran alurnya tak bisa ditebak.


The Secret Life of Walter Mitty mengajarkan kepada kita bahwa hidup tak bisa dinikmati hanya dari satu sisi. Dedikasi Mitty menjalani hidup membosankan di majalah Life selama 16 tahun, terbayar lunas oleh keberaniannya mengambil keputusan spontan di luar zona nyaman.


Kalau ia yang dulu begitu membosankan, pengalaman Mitty mencari Sean keliling dunia yang terpajang di profil akun eHarmony-nya langsung menarik 300 “kedipan”. Jurnal berlibur yang pernah diberi ayahnya di masa kecil pun kini terisi penuh.


Film yang disutradarai oleh Ben Stiller sendiri ini membuat penonton sadar, hidup harus dinikmati setiap detiknya. Manusia harus berani melangkah untuk membuanya lebih bergairah.


Persis seperti motto majalah Life: “To see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, draw closer, to find each other, and to feel. That is the purpose of life”.


Film ini sudah bisa disaksikan di bioskop Indonesia.